Perkenalkan
nama saya Ratih Pramitasari biasa dipanggil Ratih. Tapi keluarga saya
biasa memanggil saya dengan mita. Anak kedua dari tiga bersaudara.
Saya lahir dengan selamat tanpa kekurangan apapun dari seorang ibu
yang sangat luar biasa. Ibu saya bernama Sumiasih, beliau merupakan
pensiunan PT. Telkom. Bapak saya bernama Sugeng Prayitno, beliau
merupakan pensiunan LKBN ANTARA. Serta kakak dan adik saya yang
bernama Hutomo Ajie dan Astria Hermin Dewati. Kakak saya baru
beberapa tahun ini lulus dari universitas Gunadarma dari fakultas
yang sama dengan saya, yaitu Ilmu Komputer. Dan dialah yang sekarang
menjadi tulang punggung keluarga kami. Adik saya masih duduk di
bangku SMA.
Saat
ini umur saya 20 tahun dan akan beranjak menjadi 21 pada bulan
oktober nanti. Saya adalah mahasiswi semester 6 di Universitas
Gunadarma. Waktu TK saya bersekolah di TK Cenderawasih Jaya X.
Setelah itu saya melanjutkan ke SDN Bekasi Timur 3, tapi sekarang
telah berganti nama menjadi SDN Bekasi Jaya X. selepas lulus dari SD
saya melanjutkan ke SMP Negeri 3 Bekasi, dan mengalami masa-masa yang
sulit untuk dilupakan di SMS Korpri Bekasi.
Sewaktu
TK saya merupakan anak yang cenderung pendiam dan menutup diri.
Mungkin sampai sekarang saya masih sedikit menutup diri. Sikap saya
seperti itu mungkin karena pada waktu itu saya sering ditinggal kedua
orang tua saya bekerja dan hanya dititipkan oleh seorang pengasuh.
Mungkin merasa kesepian di rumah. Tapi untungnya waktu itu saya
mempunyai seorang teman yang selalu menemani saya bermain di sekolah.
Kami selalu berangkat ke sekolah bersama. Dia tidak akan pergi ke
sekolah kalau saya tidak pergi sekolah. Yah setidaknya saya tidak
terlalu sendirian karena mempunyai teman seperti dia, dan saya sangat
mensyukuri keberadaan dia saat itu.
Saat
SD saya bertemu dengan teman-teman yang sangat baik dan guru-guru
yang selalu mesuport saya. Sewaktu SD peringkat saya tidak pernah
lebih dari 2. guru saya selalu mensupport saya untuk masuk ke SMPN
negeri favorit di bekasi.
SMA
adalah masa-masa yang indah bagiku. Pada masa itu saya belajar banyak
tentang pertemanan. Bagaimana harus berteman dan memperlakukan teman
dengan baik. Hal itu saya petik dari kejadian-kejadian yang terjadi
selama itu. Saat itu ada sebuah insiden yang terjadi pada teman saya,
handphonenya dirusak oleh teman saya karena mereka tidak suka dengan
sikap teman saya itu. Dari situ Saya belajar bagaimana harus saling
bertoleransi, pengertian dan bersikap apa adanya. Kelas 1 pun saya
lalu dengan senang.
Tapi
semuanya berubah saat saya memasuki kelas 2 dan 3. hari-hari yang
saya lalui terasa saya panjang dan sangat melelahkan. Entah mengapa
saya merasa seperti tidak disukai oleh anak-anak lelaki dikelas.
Tidak semuanya, tapi sebagian besar. Sampai sekarang saya tidak
mengerti kenapa. Pada saat itu yang saya inginkan hanya untuk cepat
keluar dari sana. Ingin nangis rasanya setiap melihat tatapan sinis
dan mendengar sindiran secara tidak langsung dari mereka. Dan pada
saat dinyatakan lulus dari sekolah saya sangat bersyukur, akhirnya
saya tidak perlu bertemu dengan teman seperti mereka lagi.
Setelah
SMA tiba waktunya untuk memasuki bangku perkuliahan. Saya sangat
bingung untuk mencari tahu mau jadi apa saya nanti. Jurusan apa yang
saya ambil. Semuanya belum terpikirkan oleh saya. Banyak
tes yang saya ikuti . Dari SNMPTN, ujian-ujian mandiri, tes untuk
pemerintahan semua saya ikuti. Dan hasilnya adalah nol. Nol besar.
Tidak ada satupun yang tembus. Kemudian saya akhirnya memilih,
pilihan terakhir saya. Universitas Gunadarma.
Saya
masih ingat waktu pertama kali memasuki gedung universitas gunadarma
pertama kali. Saat itu adalah saat terakir saya jalan bersama bapak
saya sebelum beliau sakit. Terakhir kali beliau menuntun dan
menggandeng tangan saya yaitu saat saya masuk universitas gunadarma
untuk mendaftar. Setelah beberapa minggu saya kuliah, beliau sakit
dan harus masuk ICU. Saat itu merupakan salah satu masa paling
terberat buat saya. Saya takut kehilangan bapak saya. Tapi untungnya
beliau merupakan seorang 'petarung' yang tangguh. Beliau dapat
bangkit dari masa kritisnya, walau sampai sekarang belum pulih
sepenuhnya.
Tidak
terasa 6 semester sudah saya lalui di Universitas Gunadarma. Sudah
banyak yang saya lalui disini. Dan banyak sekali keluhan yang saya
lakukan. Hanya bisa mengeluh, 'apakah cuma ini yang saya bisa?',
'kenapa tidak ada satupun yang saya dapatkan padahal saya sudah
berusaha keras', 'apakah saya bisa memenuhi harapan orang tua saya?',
pertanyaan seperti itu selalu terlintas dipikiran saya. Dari situlah
saya termotivasi untuk memberikan semua kemampuan terbaik saya. Saya
harus bisa mendapatkan hasil sebaik mungkin. Saya harus berhenti
bersikap main-main dan mulai serius untuk mendapatkan apa yang saya
tuju.
Ya,
tuhan menunjukkan segala sesuatu dengan caranya sendiri. Mungkin
tuhan menegurku yang terus-terus bersikap main-main supaya bisa
bersikap serius dengan cara seperti apa yang terjadi dengan bapak
saya. Bukan hanya itu, mungkin dengan nilai IPK saya yang setiap
semester semakin menurun. Mungkin itu wujud dari ketidakseriusan saya
selama ini. Tapi saya sudah bertekad untuk berubah dan tidak akan
mengecewakan orang tua saya.
Saya
bersyukur karena terlahir di kelurga saya. Walaupun dengan kondisi
yang bisa dibilang biasa saja, tapi saya merasa bahagia karena kami
saling memiliki, saling menyayangi dan menjaga. Saya sangat bersyukur
kepada Allah SWT karena telah memberikan saya kesempatan untuk hidup
selama 20 tahun ini dan bisa merasakan apa yang telah terjadi dalam
hidup saya.
0 comments:
Post a Comment